Catatan Harian M. FIlza Ali Yaghzan

22 January 2007

Pilih Dosen, Pegawai BUMN atau Pegawai Swasta???

Baru-baru ini salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta gempar karena ada dosen yang mengundurkan diri. Bayak yang menyayangkan tetapi ada juga yang mendukung. Kenapa hal ini bisa terjadi


Menjadi seorang dosen PTN memang berat teruatama bagi dosen muda yang baru menjadi PNS apalagi jika dia bukan berasal dari daerah asal (Yogya).

Bayangkan saja untuk hidup di Yogyakarta bagi seorang dosen sangat berat. Dengan hanya mengandalkan gaji CPNS Golongan III/a yang hanya 80% dari gaji pokoknya yang hanya 1 Juta seorang dosen dituntut untuk melakukan pekerjaan yang banyak menyita keuangan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang dan hal ini harus diikuti dan diupdate oleh dosen sehingga dosen perlu membaca buku, majalah, surat kabar bahkan internet.

Bagi dosen muda yang masih memikirkan kebutuhan-kebutuhan dasar hidupnya seperti makan, pakaian, perumahan dan keluarga hal ini cukup berat. sehingga akan mengganggu proses kerjanya...

Bila ada tawaran untuk bekerja di tempat lain semisal BUMN atau Swasta yang menawarkan gaji yang lebih tinggi hal ini tentu akan menjadi godaan yang sangat berarti...

Hal inilah yang menimpa beberapa teman dosen-dosen muda... Karena tuntutan ekonomi dan kesejahteraan maka mereka memutuskan untuk berpindah ke BUMN atau Swasta yang memang menawarkan gaji yang jauh lebih tinggi...

Kenapa hal ini bisa terjadi? dosen yang berpendidikan tinggi S2 atau S3 kalah dalam hal kesejahteraan dibandingkan dengan pegawai BUMN atau swasta yang notabene pendidikannya hanya S1 atau bahkan D3...

Bagaimana pendidikan kita mau maju kalau dosennya masih belum sepenuhnya memikirkan masalah pekerjaan utamanya Tri Dharma Perguruan Tingggi (Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat)

Memang kita perlu mengambil hikmah dari kejadian ini bagaimana penataan pendidikan Tinggi kita kedepan agar tidak terulang kembali dosen PTN keluar atau pindah ke BUMN atau Swasta... Hal ini jelas merugikan Negara....

Baca Selengkapnya

04 January 2007

Bahaya Judi SMS

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini. Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka. Mari dimulai dari diri kita dan keluarga kita.



Tiap stasiun televisi di Indonesia mempunyai acara kontes-kontesan. Tengok saja misalnya AFI, Indonesian Idol, Penghuni Terakhir, KDI, Putri Cantrik, dan sebagainya. Sejatinya, tujuan dari acara ini bukan mencari bibit terbaik. Acara ini hanya sebagai kedok. Bisnis sebenarnya adalah SMS premium. Bisnis ini sangat menggiurkan, lagi pula aman dari jeratan hukum –setidaknya– sampai saat ini.

Mari kita hitung. Satu kali kirim SMS biayanya –anggaplah– Rp 2000,-. Uang dua ribu rupiah ini sekitar 60% untuk penyelenggara SMSCenter (Satelindo, Telkomsel, dsb). Sisanya yang 40% untuk “bandar” (penyelenggara) SMS. Siapa saja bisa jadi bandar, asal punya modal untuk sewa server yang terhubung ke Internet nonstop 24 jam per hari dan membuat program aplikasinya.

Jika dari satu SMS ini “bandar” mendapat 40% (artinya sekitar Rp 800,-), maka jika yang mengirimkan sebanyak 5% saja dari total penduduk Indonesia (coba anda hitung, dari 100 orang kawan anda, berapa yang punya handphone? saya yakin lebih dari 40%), maka bandar ini bisa meraup uang sebanyak Rp 8.800.000.000,- (baca: Delapanmilyar Delapanratusjuta rupiah).

Kuis-kuis yang beredar saat ini di media televisi, sebut saja Kuis Iseng di TPI, Kuis Goyang di RCTI, kuis Bohlam dan lain-lain (ditayangkan tengah malam) dipandu oleh artis-artis terkenal. Permainannya beragam, mulai dari menyusun huruf menjadi kata, atau bahkan permainan yang lain. Baru tadi malam saya lihat, hadiah yang ditawarkan mencapai Rp 7.500.000.

Jika hadiah yang diiming-imingkan adalah rumah senilai 1 milyar, itu artinya bandar hanya perlu menyisihkan 12.5% dari keuntungan yang diraupnya sebagai “biaya promosi”! Dan ingat, satu orang biasanya tidak mengirimkan SMS hanya sekali. Masyarakat diminta mengirimkan SMS sebanyak-banyaknya agar jagoannya tidak tersisih, dan “siapa tahu” mendapat hadiah. Kata “siapa tahu” adalah untung-untungan, yang mempertaruhkan pulsa handphone. Pulsa ini dibeli pakai uang. Artinya : Kuis SMS adalah 100% judi!

Kondisi ini sudah sangat menyedihkan. Bahkan sangat gawat. Lebih parah daripada zaman Porkas atau SDSB. Jika dulu, orang untuk bisa berjudi harus mendatangi agen, jika dulu zaman jahiliyah orang berjudi dengan anak panah, sekarang orang bisa berjudi, hanya dengan beberapa ketukan jari di pesawat handphone!

Baru saja, umat Islam menjalani ibadah shaum di bulan Ramadhan. Jika melihat kondisi acara-acara di televisi yang marak selama bulan Ramadhan dan Syawal ini, tak ayal kita sebagai penonton akan dijejali bermacam-macam iklan/kuis dengan diiming-imingi hadiah-hadiah yang syur. Modusnya ya dengan SMS itu. Kita mengirim SMS karena kita tertarik dengan hadiah yang ditawarkan. Prosesnya pun melalui undian. Ini sih, sama persis dengan main Jackpot di Las Vegas. Kita masukkan uang di mesin, kita putar dan mesin itu akan menguji “keberuntungan” kita. Lha iya kalo beruntung? Beruntungnya itu setelah mengirim berapa ratus SMS?

Di Malaysia judi SMS sudah lama dilarang. Saatnya judi SMS juga dilarang di Indonesia. Mohon pemerintah segera bertindak, agar masyarakat tidak semakin resah dan dibodohi. MUI memang sudah mengeluarkan fatwa tentang hal ini tapi itu belum cukup untuk menghentikan judi SMS ini.

Tolong bantu sebarkan kampanye anti judi SMS ini. Tanpa bantuan anda, kampanye ini akan meredup dan sia-sia belaka. Mari dimulai dari diri kita dan keluarga kita.

Baca Selengkapnya

Kehadiran Ayahku

Pada pukul 21.30 ayah tercinta sampai ke RSUD Kraton, setelah membersihkan diri beliau langsung menghampiriku serta mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia terbesarnya berupa kelahiran diriku...


Pada pukul 21.30 ayah tercinta sampai ke RSUD Kraton, setelah membersihkan diri beliau langsung menghampiriku serta mengucap pujisyukur kehadirat Allah SWT atas karunia terbesarnya berupa kelahiran diriku. Ayah sangat bangga kepadaku dan langsung memelukku dengan pelukan kasih saying. Ayah tidak henti-hentinya mengucap, Subhanallah, Walhamdulillah Wa La ilaha Illallahu Allahu Akbar.

Selanjutnya ayah memeluk, mencium dan membelai ibuku dan menanyakan bagaimana kabarnya. Ibu menceritakan proses kelahiranku pada ayah dan memberikan berita gembira pada ayah dengan masih menahan kelelahan. Ayah menyadari akan hal itu dan langsung meminta ibu untuk istirahat dulu.

Aku bahagia mempunyai ayah dan ibu yang sangat perhatian, dewasa dan sangat menyayangi aku. Rasanya aku ingin mengucapkan beribu terima kasih atas semuanya namun hanya tangisanku yang dapat menggambarkan semua itu.

Masih dalam kondisi kecapekan setelah seharian menunggu dan perjalanan yang cukup jauh, ayah masih berusaha untuk menemaniku, mengajariku, membimbingku, menenangkanku dan yang pasti memberikan ketenangan kepadaku.


Baca Selengkapnya

Namaku

Setelah beberapa hari di rumah kakek-nenek, ayah mulai sibuk mencari nama yang tepat untukku. Ayah dan ibu selalu berdiskusi dan mencoba memberikan nama yang indah penuh makna dan akan membanggakan diriku kelak...


Setelah beberapa hari di rumah kakek-nenek, ayah mulai sibuk mencari nama yang tepat untukku. Ayah dan ibu selalu berdiskusi dan mencoba memberikan nama yang indah penuh makna dan akan membanggakan diriku kelak. Melalui perjuangan yang keras dan berbekal pengetahuan ayahku dalam mencari sumber nama yang baik, indah dan Islami, akhirnya Ayah memutuskan nama untukku yaitu : M. Filza Ali Yaghzan yang berarti Belahan jiwa (Ayahku = Ali) yang selalu waspada.

Saya sangat bahagia mendengar nama ini walaupun aku belum tahu nama itu apa, nama yang baik itu apa, indah, Islami? Tapi aku sangat yakin dengan ayahku yang mempunyai latar pendidikan yang tinggi, ilmu agama yang cukup kuat sehingga dapat memberikan nama yang indah buatku.

Ayah segera memberitahu kepada seluruh anggota keluarga apakah setuju dengan nama yang diberikan oleh ayah, dan Alhamdulillah semuanya setuju dan memberikan keputusan kepada ayah untuk memberikan nama kepadaku. Ayahku juga bukan orang yang egois, beliau tetap meminta pertimbangan dari Nenek dan Pakde di Kedungwuni, dan menanyakan tentang nama ini. Merekapun menyerahkan sepenuhnya tentang nama kepada ayah.


Baca Selengkapnya

Kelahiranku

Setelah menunggu 9 bulan dalam kandungan, akhirnya pada hari Kamis, 21 Desember 2006 Pukul 13.35 WIB bertempat di RSUD Pekalongan aku terlahir ke dunia ini...



Setelah menunggu selama 9 bulan dalam kandungan, akhirnya pada hari Kamis, 21 Desember 2006 Pukul 13.35 WIB bertempat di RSUD Pekalongan aku terlahir ke dunia ini. Tangisanku yang keras membahana ke dunia yang baru bagiku membuat semua orang yang berada di dekatku berbahagia tak terkecuali ibu yang sangat kucintai.


Walaupun pada saat kelahiranku ayah tercinta tidak bisa mendampingiku karena tugas pekerjaannya di Yogyakarta, tapi aku tetap bersyukur karena ayah selalu memantau proses kelahiranku.

Raut muka orang-orang terdekatku langsung bergembira dan berbahagia setelah mengetahui aku terlahir secara normal dan selamat, demikian juga ibuku walaupun terlihat sangat lelah tapi semuanya hilang setelah mengetahui diriku terlahir dengan selamat.

Semua orang memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT, tuhan maha esa yang telah memberikan kenikmatan kepada keluarga kami. Karena ayahku belum dapat dating, setelah kelahiranku Kakekku segera mengumandangkan azan ke telingaku agar di kemudian hari aku selalu ingat suara seruan untuk beribadah.

Beberapa saat aku oleh tenaga media diletakkan di atas perut ibuku, walaupun belum dapat mengungkapkan tetapi aku merasakan kebahagiaan ibuku. Ibu sangat bahagia begiu mendengat tangisanku yang cukup nyaring. Setelah beberapa saat aku langsung disusui.


Baca Selengkapnya

Tali Pusarku Lepas

Sejak kelahiran pada hari pertama, Kamis Pahing, 21 Desember 2006, tali pusar yang menghubungkan semua nutrisi dari ibu selama dikandungan diputus dan aku mulai diberikan nutrisi melalui ASI. Pemotongan tali pusar ini membuat luka yang masih terasa sakit terutama pada saat aku dimandikan sehingga membuatku menangis dengan keras sekali.



Sejak kelahiran pada hari pertama, Kamis Pahing, 21 Desember 2006, tali pusar yang menghubungkan semua nutrisi dari ibu selama dikandungan diputus dan aku mulai diberikan nutrisi melalui ASI. Pemotongan tali pusar ini membuat luka yang masih terasa sakit terutama pada saat aku dimandikan sehingga membuatku menangis dengan keras sekali.

Alhamdulillah Allah memberikan kecepatan putusnya tali pusarku sehingga rasa sakit jauh berkurang. Pada Kamis, 28 Desember tali pusar sudah lepas, hal ini diketahui pertama kali oleh ayahku yang sangat perhatiaan kepadaku. Begitu aku pipis dan beol pada dini hari ayah dan ibu melepas popokku dan mendapatkan tali pusarku sudah lepas. Berita ini disambut gembira oleh ayah, ibu dan keluarga besarku.

Paginya nenek langsung membuat bubur putih untuk dibagikan kepada tetangga dekat untuk memberitahu kelahiranku dan sebagai tanda telah lepasnya tali pusarku. Ini merupakan tradisi di daerah Pekalongan yang sampai saat ini masih dipegang oleh masyarakat. Ayah merupakan orang yang akomodatif terhadap tradisi yang tidak bertentangan dengan Islam.

Dengan lepasnya tali pusarku secara tradisi maka nama sudah boleh diberikan kepadaku, walaupun secara defakto namaku belum dipublish ke masyarakat.

Malam hari setelah lepasnya tali pusarku keluargaku mengadakan lek-lekan (menunggu aku semalaman) yang dilanjutkan dengan sahur untuk menyambut puasa sunnah tanggal 8 – 9 Dzulhijjah.


Baca Selengkapnya

Pulang Ke Rumah

Setelah selama 3 hari berada di Rumah Sakit yakni hari Kamis, Jum’at dan Sabtu (21 – 23 Desember 2006) yang penuh dengan kebahagiaan. Akhirnya pada hari Sabtu, 23 Desember2006 pukul 11.00 aku, ibu, ayah dan kakekku meninggalkan RSUD untuk kembali ke rumah kakekku di Gumingsir, Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.


Setelah selama 3 hari berada di Rumah Sakit yakni hari Kamis, Jum’at dan Sabtu (21 – 23 Desember 2006) yang penuh dengan kebahagiaan. Akhirnya pada hari Sabtu, 23 Desember2006 pukul 11.00 aku, ibu, ayah dan kakekku meninggalkan RSUD untuk kembali ke rumah kakekku di Gumingsir, Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.

Setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit, aku dijemput oleh kakek yang sudah siap dengan mobil Panther barunya.

Di rumah kakek aku sudah ditunggu oleh segenap keluarga besar yaitu nenek, tante, om dan buyutku ku yang sudah sangat mendambakan kehadiranku di tengah-tengah mereka. Kamar sudah bersih dan dengan asesoris baru mulai dari seprei, kasur dan bantal semuanya sudah bersih dan tampak segar. Aku langsung dibawa ke kamar yang biasa digunakan oleh ibu dan ayah bila berada di rumah kakek-nenek.

Semua orang berlomba untuk memberikan perhatian kepadaku, hal ini membuat aku sangat bahagia walaupun aku hanya dapat mengungkapkannya melalui tangisa. Di sini aku lebih diperhatikan oleh keluargaku karena mereka dapat secara bergantian memberikan perhatian kepadaku tanpa rasa lelah. Berbeda dengan di Rumah Sakit yang kelihatan ibu dan ayahku sangat lelah di sini mereka tampak lebih segar.


Baca Selengkapnya